Pelajar SMK

Di SMK Negeri 2 Guguak Memiliki Pelajar Yang Berpotensi Dan Berbakat Di Bidang Mereka Masing-masing, Pelajar SMK Memiliki Kemampuan Yang Beda Dengan Sekolah Lainnya, Karena Mereka Dididik Dengan Bantuan Guru-guru Yang Profesional Dan Berpengalaman. Disini Para Pelajar Dituntut Untuk Mengembangkan Kemampuan Yang Dimilikinya,Baik Dari Luar Maupun Dari Dalam.Gimana Penasaran Bukan ? Bagi Kamu Yang Mau masuk Sekolah Kejuruan, Buruan Aja Datang Ke SMK Negeri 2 Guguak. Jangan Ragu Yah..!!

Breaking News

Budaya Tawuran Antar Para Pelajar

Dunia Pendidikan - Saat ini menteri pendidikan dan para pejabat sedang membentuk suatu kurikulum baru yang sesuai dan cocok diterapkan pada sistem pendidikan Indonesia. Isu yang telah beredar pendidikan yang sekarang lebih akan ditekankan pada pendidikan moral atau pembentukan karakter peserta didik. Hal tersebut dicanangkan untuk menghadapi era globalisasi dan melihat kondisi Indonesia yang semakin hari semakin terpuruk terutama pada karakter maupun sikap bangsa Indonesia. 
Pendidikan karakter sedang digentarkan oleh sebagian besar kalangan atas dan satuan pendidikan. Disisi lain, banyak terjadi kerusuhan dibeberapa daerah yang disebabkan karena perbedaan budaya maupun ras atau golongan serta perebutan kekuasaan atau wilayah. Selain itu juga budaya korupsi yang masih saja menghantui para pejabat di Indonesia. Para pejabat yang diberi kedudukan tinggi dan telah dipercaya oleh masyarakat itu justru merusak kepercayaan yang telah diberikan dan lebih mementingkan kepentingan pribadinya sendiri. Sedangkan pada kalangan pelajar, akhir-akhir ini juga sering terjadi kerusuhan atau tawuran antar pelajar. Pelajar merupakan pemuda. Pemuda merupakan aset yang paling penting di negara ini yang nantinya akan menjadi calon pemimpin-pemimpin bangsa. Yang menjadi sorotan disini adalah apakah penyebab terjadinya tawuran antar pelajar? Jika kalangan atas atau para penjabat melakukan korupsi, siapakah yang akan menjadi panutan bagi bangsa ini?

Maraknya tingkah laku agresif dibeberapa daerah akhir-akhir ini telah merambah di kalangan para pelajar. Tawuran pelajar antar sekolah merupakan salah satu jenis kenakalan remaja (juvenile delinquency) yang menjadi tradisi atau budaya siswa di sekolah tersebut. Perkelahian antar pelajar yang pada umumnya masih remaja sangat merugikan dan perlu upaya untuk mencari jalan keluar dari masalah ini atau setidaknya dapat menguranginya. Tawuran antar pelajar sebagian besar dilakukan oleh para pelajar di daerah perkotaan. Tetapi tidak menutup kemungkinan tawuran antar pelajar juga terjadi di daerah pedesaan atau daerah-daerah terpencil. Di daerah perkotaan perkembangan teknologi lebih maju pesat dari perkembangan teknologi di pedesaan atau daerah-daerah terpencil. Perkembangan teknologi yang terpusat pada kota-kota besar mempunyai korelasi yang erat dengan meningkatnya perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja khususnya pada kalangan pelajar.

Seiring dengan perkembangan zaman membuat orang semakin mudah dan cepat melakukan sesuatu. Aktivitas yang dilakukan sehari-hari serba instan. Di zaman yang serba instan ini menyebabkan semakin jelasnya perbedaan kesenjangan antara kaya dan miskin. Dari perbedaan tersebut para pelajar bisa saja melampiaskan kekesalannya karena tidak mempunyai sesuatu dengan cara mencuri atau merampas atau dengan cara yang lain. Akhir-akhir ini kecenderungan tersebut meningkat dari hanya sebatas personal menjadi identitas kelompok yang berakibat semakin maraknya tawuran, kerusuhan, dan lain sebagainya. Selain itu, karena mungkin adanya keinginan yang tak terpenuhi, sehingga beberapa pelajar cenderung bertindak anarkis. Mereka biasanya melakukan tawuran hanya dikarenakan alas an-alasan yang sepele seperti saling mengejek, rebutan suatu barang, rebutan pacar , dan lain sebagainnya. Dari masalah atau persoalan pribadi tersebut teman yang lain dalam satu kelompok merasa tidak terima sehingga membawa masalah pribadi tersebut ke dalam masalah kelompok yang pada akhirnya akan menimbulkan kerusuhan antar kelompok.


 Contoh lain hal sepele yang menyebabakan aksi tawuran yaitu para pelajar biasanya melakukan aksi coret-coret tembok atau pagar di pinggir jalan dengan nama komunitasnya sendiri atau gank mereka. Mereka menulis nama gank atau kelompok mereka tersebut agar lebih kenal dan diakui oleh khalayak umum. Mereka juga merasa bangga atas perbuatannya mencoret-coret yang tidak benar itu. Kemudian gank lain juga menulis nama gank mereka ditempat tersebut dan mencoret nama gank yang lain. Dari hal yang sepele itu gank yang namanya dicoret merasa tidak terima dengan perbuatan gank tersebut dan pada akhirnya terjadi suatu kerusuhan atau tawuran antar pelajar yang membawa atas nama sekolah. Tindakan seperti ini seharusnya tidak perlu dilakukan oleh para pelajar.
Hasil gambar untuk tawuran di lingkungan pelajar

Tawuran Antar Pelajar(Mayri Hevinka Putri-19101152600029), Manajemen Informatika, UPI-YPTK Padang

Tawuran pelajar antar sekolah bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. 
Tetapi biasanya tawuran antar pelajar sering terjadi ketika pertandingan antar sekolah, menjelang libur panjang dan setelah selesai ujian nasional. Tawuran antar pelajar saat pertandingan sepak bola lebih sering terjadi akibat para suporter dari kedua tim. Hal ini terjadi karena salah satu sekolah kalah dari pertandingan. Suporter dari sekolah tersebut kecewa dan tidak terima dengan kekalahannya kemudian mereka melampiaskan kekecewaan itu dengan melakukan aksi tawuran. Tawuran antar pelajar biasanya terjadi di tempat keramaian dan mungkin di depan sekolah karena sekelompok pelajar melakukan penyerangan secara tiba-tiba di sekolah tersebut.

 Dibalik dari penyerangan ke sekolah tersebut ada profokator atau pemicu terjadinya tawuran. Para profokator tawuran ialah seorang pelajar yang penuh dengan dendam. Ada beberapa julukan bagi para pelaku tawuran seperti pentolan dan gembel. Pentolan adalah seorang pemimpin, siswa yang berani melukai tubuh musuhnya saat sedang tawuran. Dia berhak meminta sumbangan pada para siswa untuk alasan membeli Bir atau senjata tajam yang akan digunakan saat tawuran. Dia juga berhak meminta uang untuk alasan diberikan kepada temannya yang ter uka saat tawuran. Selain itu aksi penyerangan juga disebabkan karena dendam sejak dahulu atau musuh bebuyutan.

Tawuran pelajar antar sekolah tidak hanya terjadi dikalangan sekolah menengah atas tetapi tawuran pelajar juga terjadi di kalangan sekolah menengah pertama (SMP). Anak seusia SMP dan SMA merupakan remaja yang boleh dikatakan masih labil. Remaja merasakan bukan kanak-kanak lagi, akan tetapi belum mampu memegang tanggung jawab seperti orang dewasa. Karena itu pada masa remaja ini terdapat kegoncangan pada individu remaja terutama di dalam melepaskan nilai-nilai yang lama dan memperoleh nilai-nilai yang baru untuk mencapai kedewasaan. Hal ini tampak dalam tingkah laku remaja itu sehari-hari, baik di rumah, di sekolah maupun di dalam masyarakat. Di zaman modern sekarang ini, semenjak ilmu pengetahuan telah berkembang dengan pesatnya, terutama psikologi dan ilmu pendidikan, maka fase-fase perkembangan manusia telah diperinci dan ciri-ciri serta gejala-gejala yang tampak pada setiap fase perkembangan itu dipelajari secara mendalam. Di dalam fase-fase perkembangan itu, masa remaja merupakan massa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa remaja perlu adanya pengawasan terhadap perkembangan anak agar anak tidak terjerumus pada perbuatan yang tidak benar seperti aksi tawuran.


Aksi tawuran yang dilakukan oleh para pelajar ini sepertinya sudah menjadi budaya di masyarakat. Masyarakat yang melihat aksi tawuran antar pelajar merasa risih dan tidak nyaman dengan keberadaan mereka yang melakukan kerusuhan. Aksi tawuran telah menimbulkan keresahan bagi masyarakat bahkan mengganggu sehingga menimbulkan ketakutan, keributan dan juga tindakan kriminalitas. Pihak kepolisian dan satpol pp telah melakukan penertiban kepada para pelajar yang melakukan aksi tawuran, tetapi ada juga pelajar yang berani melawan pihak kepolisian dengan melempari batu. Perbuatan yang dilakukan para pelajar ini sungguh tidak terpuji. Perlu adanya penanganan lebih lanjut bagi pelajar yang melakukan aksi brutal tawuran.


Fenomena tawuran di kalangan pelajar ini merupakan masalah yang timbul akibat dari perubahan nilai yang dianut oleh segelintir pelajar. Pelajar pada umumnya tidak menyukai ajaran kekerasan seperti tawuran dan lain sebagainya, akan tetapi sebagian lain menilainya secara keliru akibat beberapa faktor antara lain faktor pribadi atau internal, sekolah, keluarga, dan lingkungan. Oleh karena itu kasus tawuran antar pelajar yang selama ini banyak terjadi merupakan sebuah masalah sosial, dikarenakan adanya perubahan nilai yang dianut sebagian pelajar yang melakukan aksi tawuran ini. Sebagian besar gank pelajar terbentuk dari kehidupan remaja yang salah, mempunyai masalah di sekolah, atau bahkan kadang-kadang berasal dari lingkungan yang tidak berintegrasi dengan lingkungan masyarakat.


Tanje (2008) menjelaskan tentang beberapa hal yang melatarbelakangi kenakalan remaja aksi tawuran, diantaranya adalah kehidupan keluarga yang kering, terpecah-pecah (broken home), dan tidak harmonis yang akan menyebabkan anak tidak kerasan tinggal di rumah dan tidak merasa aman serta tidak mengalami perkembangan emosional yang seimbang. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figur teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Faktor kedua adalah kurangnya pembinaan moral yang nyata dan pudarnya keteladanan nyata dari orang tua, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh panutan di masyarakat yang akan memberikan pengaruh yang besar kepada sikap, perilaku dan moralitas remaja di sekolah. Pendidikan di sekolahpun terkadang terjerumus pada formalitas pemenuhan kurikulum pendidikan, mengejar bahan ajaran sehingga melupakan segi pembinaan kepribadian, penanaman nilai-nilai pendidikan moral dan pembentukan sikap. Faktor ketiga yaitu kurangnya dukungan kehidupan sosial ekonomi keluarga dan masyarakat terhadap optimalisasi perkembangan remaja.


Hal yang paling berpengaruh besar terjadinya tawuran antar pelajar adalah tidak adanya tokoh-tokoh atau figur yang menjadi panutan seperti orang tua, guru dan tokoh masyarakat. Tokoh-tokoh panutan tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap sikap, perilaku dan moralitas remaja di sekolah. Orang tua yang menjadi panutan di dalam keluarga berpengaruh terhadap perkembangan nilai-nilai maupun moral anak, karena keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak dimana nilai-nilai pertama kali diajarkan kepada anak. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. 


Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja. Sering terjadi kasus kekerasan yang terjadi di dalam keluarga.
 Hal ini akan membuat psikologis anak semakin buruk. Selain itu anak juga akan meniru atau mengimitasi kelakuan orang tua tersebut sehingga anak bersifat lebih agresif dan brutal. Fungsi orang tua sebagai figur teladan atau panutan dalam keluarga yang seperti ini akan hilang. Perlu adanya sosialisasi berupa kampanye, pidato dan talkshow di masyarakat bahwa tindakan kekerasan pada anak dalam keluarga harus dihentikan atau dikurangi. Hal ini untuk mengantisipasi agar figur keteladanan atau panutan orang tua dalam keluarga tidak hilang. 

Sebaliknya, jika orang tua dalam keluarga tersebut mempunyai kepribadian yang baik kemudian hal tersebut diajarkan kepada anaknya, maka anak secara tidak langsung mengimitasi perilaku orang tua. Anak akan tumbuh dengan kepribadian dan mempunyai moral yang baik. Tetapi perilaku anak ini juga bukan hanya dipengaruhi oleh bagaimana cara orang tua mendidik anaknya. Ada tokoh panutan lain yang akan mempengaruhi perilaku anak. Tokoh panutan yang kedua yaitu guru di sekolah. Dalam bahasa jawa guru mempunyai arti yaitu digugu lan ditiru. Maksudnya adalah seorang guru menjadi panutan dan patut dicontoh oleh siswa-siswanya. 

Guru mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mendidik siswa-siswanya. Seorang guru harus mempunyai kepribadian yang baik sehingga nantinya akan ditiru dan patut untuk dicontoh oleh siswanya. Selain mengajarkan tentang pelajaran, seorang guru di sekolah juga harus menanamkan nilai-nilai dan moral kepada para siswanya. Hal ini juga sangat penting, karena anak di sekolah juga melakukan sosialisasi dengan teman-teman sebayanya dan guru. Pada saat ini pemerintah sedang melakukan renovasi atau mengubah sistem pendidikan di Indonesia yang lebih menekankan pada nilai-nilai dan moral atau sering dikenal dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter harus dilakukan oleh setiap guru di sekolah.

Tetapi pelaksanaan sistem pendidikan yang mengarah pada pendidikan karakter ini juga harus diimbangi dengan keprofesionalitasan guru dalam mengajar dan kepribadian guru yang sesuai dengan karakter bangsa. Pendidikan karakter dilakukan mengingat semakin banyaknya kenakalan remaja seperti aksi tawuran yang dilakukan oleh para pelajar. Tokoh panutan yang ketiga yang menjadi pengaruh besar terhadap adanya kenakalan remaja adalah tokoh masyarakat. Kenapa tokoh masyarakat mempunyai pengaruh yang besar terhadap timbulnya aksi tawuran?? Aksi tawuran merupakan sebuah masalah sosial. Dikatakan masalah sosial karena adanya perubahan nilai yang dianut sebagian pelajar yang melakukan aksi tawuran. Seorang anak akan lebih banyak melakukan sosialisasi di masyarakat. Baik-buruknya perilaku anak juga dipengaruhi oleh keadaan sosial di masyarakat.

Jika dimasyarakat keadaan sosialnya baik atau terdapat tokoh yang menjadi panutan maka perilaku anak cenderung baik, tetapi sebaliknya jika keadaan sosial di masyarakat buruk maka tidak menutup kemungkinan sikap dan perilaku anak tersebut tidak baik atau tidak sesuai dengna norma. Tokoh-tokoh panutan di masyarakat akan memberikan pengaruh yang besar terhadap sikap, perilaku dan moralitas remaja. Jadi, perlu adanya keteladanan tokoh-tokoh panutan dari orang tua, guru dan tokoh-tokoh masyarakat serta dukungan kehidupan sosial ekonomi keluarga dan masyaraka. Hal ini dilakukan dalam upaya optimalisasi perkembangan remaja untuk memperbaiki sikap, perilaku dan moral khususnya pada remaja.

Selain tidak adanya tokoh yang menjadi panutan, aksi tawuran juga muncul karena pengaruh media massa baik cetak maupun elektronik. Dalam sehari-hari anak tak lepas dari salah satu media masa, yaitu televisi. Dalam televisi sering menonjolkan unsur kekerasan dan diwarnai berbagai aksi kebrutalan. Media televisi ini mempunyai peranan dalam membentuk kebiasaan melakukan kekerasan, serta krisis ekonomi yang juga menjadi salah satu faktor di mana pemenuhan kebutuhan remaja dirasa kurang. Dari berbagai tayangan tersebut akan menimbulkan anak untuk melakukan perbuatan sesuatu yang tidak sesuai norma seperti aksi tawuran. Pemerintah harus tegas kepada media, sensor pada adegan kekerasan di televisi dan media lain. Selain itu, orang tua juga harus melakukan pengawasan kepada anak apakah televisi yang berfungsi sebagai hiburan dan pembelajaran itu layak ditonton oleh anak atau tidak. Dengan begitu anak tidak terjurumus pada hal-hal yang berbau tentang kekerasan.


Jalan keluar bagi pemecahan permasalahan maraknya aksi tawuran adalah dengan:
1. Memberikan kesempatan untuk mengadakan dialog untuk menyiapkan jalan bagi tindakan bersama baik antara remaja dengan orang tua, pendidik di sekolah dan masyarakat.
2. Memunculkan figur-figur keteladanan yang patut untuk dicontoh yaitu orang tua, guru dan tokoh-tokoh masyarakat.
3. Pemerintah harus tegas kepada media, sensor pada adegan kekerasan di TV dan media lain. Komite Penyiaran Indonesia (KPI) harus lebih tajam.
4. Intensitas sosialisasi berupa kampanye, pidato dan talkshow bahwa tindakan kekerasan pada anak-anak harus dihentikan perlu lebih ditingkatkan.
5. Perlunya peninjauan kembali untuk memberikan pendidikan budi pekerti atau pendidikan karakter di sekolah


Hal yang paling penting yang harus dilakukan untuk mengurangi terjadinya aksi tawuran pelajar adalah melakukan optimalisasi pengawasan anak terhadap perkembangan sikap, perilaku dan moral anak mulai dari keluarga, masyarakat maupun di sekolah. Selain itu pendidikan karakter juga harus dijalankan di setiap sekolah. Sekolah bukan hanya berperan sebagai transfer of knowledge tetapi Erizoni mengemukakanbahwa sekolah juga memiliki posisi sentral dalam membina karakter dengan menanamkan disiplin diri dan empati, yang pada gilirannya memungkinkan keterlibatan tulus terhadap nilai peradaban dan moral.


Orang tua dan masyarakat juga telah menumpukkan harapan kepada sekolah sebagai lembaga pendidikan yang dapat memainkan peran strategis mengajarkan tentang nilai-nilai serta norma-norma, sikap dan perilaku. Sekolah diharapkan mampu mengembangkan wawasan pertimbangan moral dan perasaan moral siswa sehingga mereka mampu mengambil keputusan moral untuk berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai kebaikan.

No comments